[caption id="attachment_2986" align="aligncenter" width="650"] Ilustrasi kamera smartphone (foto: news.com.au)[/caption]
"Kemajuan dalam teknologi imaging membuka pintu baru untuk smartphone dan tablet"~ Josh Flood.
Di artikel sebelumnya, saya menulis artikel tentang hasil survei mengenai kualitas kamera saat ini dan resolusi kamera ideal di tahun 2013. Masih berkaitan dengan itu, kali ini saya membahas dari sudut pandang berbeda, yaitu tentang volume kamera yang ada sepanjang tahun 2012. Beberapa hari yang lalu, lembaga riset terkemuka ABI Research memaparkan data yang menarik seputar fotografi di perangkat bergerak.
Melihat kondisi pasar smartphone yang semakin bergairah dengan kompetisi di fitur kamera, ABI Research memproyeksikan di sepanjang tahun 2012, telah dikapalkan lebih dari 1 miliar kamera yang tertanam di smartphone dan tablet. Hal ini karena berdasarkan fakta bahwa setiap hari, smartphone yang dikapalkan hampir seluruhnya memiliki kamera utama (yang berada di belakang). Juga satu dari tiga smartphone memiliki kamera sekunder yang menghadap ke depan. Sedangkan pada tablet, perangkat yang dilengkapi 2 kamera (depan dan belakang) sudah sangat umum beredar di pasaran.
Selain Nokia 808 PureView yang memiliki resolusi 41 MP, mayoritas smartphone rilis tahun ini telah menyematkan resolusi kamera 8 megapixel. Tak melulu bicara soal resolusi, para manufaktur (OEM) mobile juga telah mengusung fitur baru seperti autofocus, modus pengambilan yang cepat, best picture, dan jepretan gambar yang lebih baik untuk lingkungan dengan cahaya rendah.
Ini merupakan perkembangan yang menarik. Karena menurut Josh Flood, senior analis dari ABI Research, kemajuan dalam teknologi imaging membuka pintu baru untuk smartphone dan tablet. "Kamera di perangkat mobile menjadi lebih dari sekadar kamera digital untuk memotret anak-anak atau hewan piaraan. Kini berbagai layanan baru seperti augmented reality dan gesture recognition begitu mudah diintegrasikan dengan fitur kamera di perangkat mobile," kata Josh menegaskan.
Bagaimanapun, kehadiran fitur-fitur baru dalam teknologi imaging memang menjadi pendorong lahirnya layanan-layanan baru yang inovatif. Sebagai contoh, peningkatan image prosesor kini memungkinkan perangkat mobile untuk mampu menafsirkan gerakan. Bahkan Flood memproyeksikan sekitar dua ratus tiga puluh juta smartphone pada tahun 2015 sudah menawarkan fitur gesture recognition.
Lebih lanjut, ABI Research memprediksi nantinya bakal ada 2.7 miliar kamera yang tertanam dalam pengapalan perangkat mobile pada tahun 2018. Ini berarti 80 persen dari volume pengapalan smartphone sudah mengadopsi teknologi imaging. Ke depan, produsen smartphone harus mengantisipasi untuk menyertakan kamera depan seiring dengan penggunaan video calling yang semakin meluas. Selain itu, infrastruktur jaringan LTE di berbagai negara juga akan mempengaruhi permintaan smartphone dengan kamera depan.
Wah... Perkembangan teknologi fotografi di smartphone semakin hebat. Semakin nyata, kamera smartphone menjadi kompetitor terkuat kamera digital. Mungkin untuk bersaing dengan kamera DSLR masih jauh terutama dari segi kualitas dan ketersediaan lensa, di sisi lain smartphone unggul dalam hal aplikasi.
Jenis yang paling terkena dampaknya, menurut saya adalah kamera point-and-shot atau kamera saku. Mau tak mau, kamera saku juga harus ber-evolusi. Seperti yang sudah dilakukan oleh Samsung, Nikon, dan Polaroid dengan menghadirkan kamera pocket berbasis Android. Kalau menurut Anda?
No comments:
Post a Comment