2014 ini sepertinya adalah tahunnya GoPro. Dari kamera aksi yang dipakai oleh orang yang memang hobi olahraga aksi atau petualangan outdoor, kini menjadi kamera mainstream yang digemari semua kalangan. Memiliki kamera GoPro dianggap keren dan semakin menunjukkan label anak gaul, terutama yang doyan traveling dan foto-foto. Terlebih, hasil foto dan videonya memang keren dan atraktif.

Menjaga momentum tersebut, pabrikan asal Amerika Serikat ini merilis generasi baru GoPro Hero 4. Ada dua tipe kamera aksi ini yang bisa dibedakan berdasarkan warna yaitu Black Edition dan Silver Edition. Namun bukan sekadar warna, ada beberapa perbedaan mendasar dari kedua kamera baru ini. Sehingga konsumen bisa lebih jelas memilihnya. Singkatnya, Black Edition adalah versi untuk profesional dan Silver adalah untuk konsumen mahir. Sebenarnya masih ada satu lagi yang dirilis bersamaan yaitu Hero (tanpa angka 4) untuk kalangan pemula yang harganya lebih murah dan tentu saja spesifikasinya pun lebih rendah.

GoPro Hero 4 hadir dengan beberapa peningkatan spesifikasi dibandingkan pendahulunya. Jika sebelumnya GoPro 3+ hanya mampu mengambil video dengan resolusi 4K pada 15 fps, GoPro 4 mengusung kemampuan 30 fps pada resolusi yang sama. Bahkan untuk resolusi 1080p dan 720p, frame rate bisa ditingkatkan menjadi 120 dan 240 fps. Merekam video slow motion makin keren.

Peningkatan dari segi fotografi meliputi kemampuan multi exposure HDR yang tak dimiliki Hero 3+. Kemudian ada Wide Dynamic Range (WDR) tone mapping dan Electronic Image Stabilization (EIS) agar gambar yang dihasilkan lebih stabil. Meski tetap saja, konsumen lebih mengharapkan optical image stabilization (OIS) yang jauh lebih stabil.

Kamera ini memakai chipset Ambarella A9 yang berisi prosesor dual A9 ARM Core ® CortexTM-A9 dengan kecepatan 1GHz yang memiliki sebuah FPU accelerator. Inilah yang menjadi “otak” dari beberapa peningkatan performa dari Hero 4.

Fitur Utama GoPro Hero 4 Black Edition:

  • Kemampuan merekam video 4K di framerate 30 fps, dan kini 1080p di 120 fps. Bisa merekam video super slow motion dengan tampilan yang detail.  Konsumsi baterai lebih awet meski merekam dengan video 4K, berkat perbaikan hardware dan software. 
  • Sensor kamera 12MP dengan 30 frame per detik, membantu menangkap momen yang tidak akan tertinggal. Mengambil foto tunggal, atau memilih jarak waktu untuk mengambil foto secara otomatis pada set interval waktu 0,5-60 detik (timelapse)
  • Fitur tagging atau memberi tag pada video dengan menggunakan smartphone (koneksi menggunakan WIFI). Ada tambahan bluetooth untuk koneksi alternatif selain WIFI
  • Terdapat berbagai update di GoPro Protune yang kini bisa mengontrol ISO maksimal, pengaturan warna, dan pengaturan eksposure, dan lainnya
  • Dengan prosesor 2x lebih kuat, 2x frame rate video lebih cepat dan kualitas gambar yang lebih baik dari pendahulunya memberikan rekaman itu lebih tajam, lebih kaya dan lebih detail. 
  • Peningkatan kemampuan merekam dengan menggunakan mic terbaru, yang memungkinkan lebih peka dan lebih lebar jangkauan nada yang terekam
  • Tahan air hingga kedalaman 40 meter, cocok bagi yang gemar diving.
  • Selain itu, model kuncian baterai (baterai door) kini menganut spring loaded alias tinggal geser tombolnya untuk membuka. Tak perlu repot repot lagi mencongkel.
GoPro Hero 4 Black Edition sudah dijual di beberapa toko online lokal seperti Lazada, Oktagon, Bhinneka, Camera dengan harga sekitar Rp 6,8 juta.

Video:

Fitur Utama GoPro Hero 4 Black Edition:
  • Built-in touch display. Pengoperasian menu dengan sentuhan tangan pada layar
  • Sensor kamera 12MP untuk memotret foto dengan kecepatan hingga 30 fps
  • Merekam video resolusi 1080p dengan kecepatan 60 fps atau 720p dengan kecepatan hingga 120fps
  • Built-in Wi-Fi + Bluetooth connectivity. Bisa mengatur kamera dengan aplikasi GoPro dari smartphone atau Smart Remote dan lainya.
GoPro Hero 4 Silver Edition sudah dijual di beberapa toko online lokal seperti Lazada, Oktagon, Bhinneka, Camera.co.id dengan harga sekitar Rp 5,5 juta.
Video:

Jadi, sudah jelas ya perbedaannya. Sekarang Anda pilih mana? :D
Sebelum mengunggah foto ke dunia maya, pengguna diharapkan berpikir terlebih dahulu untuk membuat interaksi online yang lebih aman dengan menghormati sesama pengguna.

Miniatur skuter dari kaleng susu bekas


Demi untuk menjaga lingkungan dari limbah sampah, baik basah maupun kering, kita harus menyiasatinya agar tetap bisa didayagunakan. Misalkan saja, sampah kering atau barang bekas, terkadang dengan mudahnya dibuang ke kali maupun saluran air (got) sehingga menghambat dan membuat pendangkalan. Padahal itu bisa dikreasikan untuk hal-hal yang positif.

Diantaranya dapat dijadikan mainan apa saja. Hasilnya seperti yang kita lihat, miniatur Vespa. Foto ini jelas terbuat dari kaleng minuman bekas yang dimodifikasi sehingga terlihat rapi. Tidak kalah dengan mainan yang dibuat oleh mesin industri. Tertarik dan peduli lingkungan? Mari kita coba di rumah masing-masing.

Keterangan:
Kamera: EOS 450D
Bukaan: F/5.6
Kecepatan: 200
ISO: 800
Panjang Fokal: 55.0mm

Disukai atau tidak, keberadaan mobile photography tak bisa dihindari lagi. Memotret dengan alat berupa ponsel ini memberikan nuansa baru yang semakin menambah semarak dunia fotografi. Meski ada yang mencibir kualitas gambarnya yang mungkin kalah jauh dibanding kamera DSLR profesional, tetapi fakta membuktikan bahwa pertumbuhannya sangat pesat. Sudah menjadi gejala, ketika banyak pemilik kamera DSLR menyimpan barang berharganya ini di rumah. Sebagai gantinya hanya membawa smartphone yang kecil dan simpel, namun di dalamnya memiliki kamera yang cukup baik dan aplikasi melimpah.


Industri smartphone kian bertumbuh pesat berkat sistem operasi Android. Para produsen berlomba menjadi yang terbaik dengan terobosan-terobosannya, tak terkecuali di ramah kamera. Tak heran bila belakangan ini, kamera di smartphone semakin berkualitas dan cerdas.

Tak berlebihan bila banyak orang beranggapan kamera digital akan tergantikan dengan kamera smartphone. Alasannya, karena semakin hari, vendor smartphone semakin serius menggarap kemampuan kameranya, baik dari sisi teknologi, fitur dan kualitas. Melihat kecenderungan tersebut menjadi sinyal akan menguatnya kamera di smartphone yang akan menjadi digital camera killer.

Menurut perusahaan Jepang CIPA (Camera and Imaging Products Association) dalam laporannya bahwa hingga pertengahan tahun 2013, pengapalan kamera digital mengalami penurunan sekitar 42,7 % dibanding dengan periode yang sama di tahun 2012. Hal ini disinyalir akibat meningkatnya perangkat smartphone yang berkemampuan kamera berkualitas sehingga dijadikan sebagai snapshooter kasual.

IDC juga merilis, tahun ini angka penjualan kamera semakin ramping menjadi sekitar 102 juta unit. Penurunan terbesar terjadi di segmen kamera saku, yang tahun ini diperkirakan turun menjadi 80 juta unit, dari sebayak 132 juta unit tiga tahun lalu. "Ini adalah contoh klasik dari industri yang tak mampu menyesuaikan diri dengan permintaan konsumen," kata analis digital imaging IDC Christopher Chute. Sebagai catatan, pasar kamera digital mencapai puncaknya pada 2010 dengan angka penjualan 144 juta unit.

Kami pikir ada beberapa hal yang mengarahkan persepsi di atas soal kecenderungan kamera smartphone diprediksi akan dapat menggantikan kamera digital. Berikut diantaranya;

Sensor
Tingginya resolusi kamera smartphone belakangan ini yang dibarengi dengan kualitas yang baik dapat diandalkan untuk memotret berbagai momen. Sensor dengan resolusi 8 megapiksel menjadi standar bawah di kelas smartphone. Bahkan kini yang mengusung resolusi 13, 16 hingga 20 megapiksel.

Sebelumnya masih ingatkah kita dengan sensor yang ditawarkan Nokia tahun lalu yang mencapai 41 megapiksel lewat Nokia PureView 808? Resolusi yang juga akan diusung pada Nokia Lumia 1020 yang akan hadir? Jadi tingginya resolusi bukan lagi sesuatu yang istimewa di kelas smartphone menengah ke atas.

Cahaya Rendah
Disamping resolusi tinggi, pengembangan teknologi atau pemilihan pada sensor juga menjadi perhatian para vendor dengan tujuan untuk menyuguhkan kualitas kamera yang handal. Tak heran bila Sony yang sudah pengalaman di bidang sensor, mengusung Exmor RS yang dapat diandalkan untuk memotret di kondisi low light maupun back light. Tak hanya Sony, beberapa vendor mengusung serupa.

Samsung mengadopsi Back Side Illuminated (BSI) yang sekarang juga banyak digunakan pada kamera digitalnya karena memiliki kemampuan yang baik di kondisi rendah cahaya. Jadi kalau kamera smartphone berkemampuan motret di kondisi cahaya minim baik, lalu buat apa beli kamera digital kalau hanya untuk momen mengabadikan kesehariannya.

Pembesaran Optik
Hal menarik lainnya tentu kehadiran optical zoom pada smartphone. Belum lama ini perusahaan Korea Selatan Samsung mengenalkan pembesaran optik hingga 10x pada Samsung GALAXY S4 Zoom. Sebuah keniscayaan bahwa smartphone semakin mendekati fungsi kamera digital.

Selama ini yang menjadi catatan penting kamera digital tak bisa tergantikan oleh smartphone tentu karena tidak adanya pembesaran optik. Karena selama ini, zoom yang terdapat pada smartphone lebih kepada digital zoom yang kualitasnya gambar.

[caption id="attachment_3455" align="aligncenter" width="300"]Aksesoris untuk tambahan zoom dengan koneksi nirkabel ke smartphone Aksesoris untuk tambahan zoom dengan koneksi nirkabel ke smartphone[/caption]

Bahkan sebagai terobosan baru dari Sony mengenalkan aksesoris lensa eksternal DSC-QX10 dan DSC-QX100. Dengan lensa tambahan yang bisa ditempelkan pada smartphone berbasis iOS dan Android ini, kita dengan leluasa bisa menghasilkan gambar dengan zoom yang baik. Artinya, opsi ini menjadi alternatif ketika ingin melakukan zooming dengan smartphone yang tanpa zoom optik dan hasilnya maksimal layaknya kamera digital.

[caption id="attachment_3429" align="aligncenter" width="300"]Memiliki optical zoom 10x Memiliki optical zoom 10x[/caption]

Fitur Handal
Pendukung fitur kamera di smartphone semakin baik. Salah satunya adalah kemampuan image stabilizer guna mempertahankan hasil gambar maupun video tetap fokus meski saat merekam tangan bergerak. Semisal merekam momen anak kita yang sedang bermain tentu sembari berjalan dan hasilnya tidak blur.

Juga terdapat kemampuan burst shooting. Hal ini menjadi kabar gembira mengingat kemampuan kamera smartphone semakin handal untuk menangkap momen-momen yang bergerak cepat. Jadi bukan kendala lagi untuk memotret obyek bergerak dengan fokus yang baik. Ada yang menawarkan 8 kali shooting dalam sekali tekan shutter, terdapat pula 61 kali dalam 2 detik atau lebih.

Begitu pula dengan Panorama. Fitur ini bisa kita temukan pada smartphone. Sony yang mengembangkan Sweep Panorama telah mengintegrasikannya. Menunjukkan seolah apa yang terdapat di kamera digital, bisa pula diusung di kamera smartphone.

Efek Filter
Seperti pada kamera digital dan sebagian SLR serta CSC, ramai menawarkan efek filter guna memberikan sentuhan lebih menarik pada hasil gambar yang secara kasat mata biasa-biasa saja. Biasanya fitur ini ada yang dilakukan pasca pengambilan gambar atau setting sebelum gambar diambil. Efek HDR kita bisa temukan di hampir kamera smartphone premium. Bahkan bukan saja di still image, tapi juga mendukung di perekaman video.

Efek filter tersebut, bermanfaat buat kita untuk menghasilkan gambar yang diinginkan dengan semakin menarik. Misalkan, ingin hasil jepretannya hitam putih, maka tinggal pilih Black and White. Lainnya bisa Toy Camera, Shepia, Fiesh-eye, Miniature, TiltShift, Blur, Mirror, Pop-art, dan sebagainya.

Editing
Selain editing sederhana yang ditawarkan pada smartphone langsung seperti cropping, cutting maupun resize, juga banyak pilihan aplikasi pengolah gambar baik berbayar maupun gratis. Karena menggunakan basis sistem operasi, maka mengunduh aplikasi apa saja untuk mendukung fasilitas kameranya semakin mudah. Kemudahan dan kenyamanan seperti ini tentu tak bisa dilakukan pada kamera digital pada umumnya yang jarang menggunakan OS Android maupun OS mobile lain.

Jika beberapa poin yang selama ini berada di kamera digital di atas sudah terdapat pada kamera smartphone, tentu secara perlahan bukan tidak mungkin kamera smartphone menggantikan kamera digital. Tinggal kita tunggu saja, apa yang akan dilakukan kamera digital untuk mempertahankan eksistensinya guna membendung hantaman kuat dari kamera smartphone.

[caption id="attachment_3427" align="aligncenter" width="300"]Kamera yang kami tes Kamera yang kami tes[/caption]

Sebagai catatan, berikut smartphone yang kami coba, yakni Samsung GALAXY S4 Zoom, Sony Xperia Z1, HTC One, Nokia 920, LG Optimus G2, Lenovo IdeaPhone K900. Semuanya menawarkan kualitas kamera yang baik dan sama-sama siap bertarung di kancah persaingan pasar yang semakin keras.

Berikut beberapa hasil gambar yang kami coba. Semoga bermanfaat.

[caption id="attachment_3436" align="aligncenter" width="300"]Warnanya lebih hidup dan tajam (Lenovo IdeaPhone K900) Warnanya lebih hidup dan tajam (Lenovo IdeaPhone K900)[/caption]

[caption id="attachment_3437" align="aligncenter" width="300"]Pakai Mode Macro - hasilnya lebih hangat (Lenovo IdeaPhone K900) Pakai Mode Macro - hasilnya lebih hangat (Lenovo IdeaPhone K900)[/caption]



[caption id="attachment_3438" align="aligncenter" width="300"]Diantara Filter Lenovo IdeaPhone K900 Diantara Filter Lenovo IdeaPhone K900[/caption]

[caption id="attachment_3439" align="aligncenter" width="300"]Panorama (LG G2) Panorama (LG G2)[/caption]

[caption id="attachment_3440" align="aligncenter" width="300"]Landscape (Sony Xperia Z1) Landscape (Sony Xperia Z1)[/caption]

[caption id="attachment_3441" align="aligncenter" width="300"]Stabili meski dengan zoom tinggi Stabil meski dengan zoom tinggi (Samsung GALAXY S4 Zoom)[/caption]

[caption id="attachment_3442" align="aligncenter" width="300"]Warna-warnya cukup baik Pelabuhan Ratu (Samsung GALAXY S4 Zoom)[/caption]

[caption id="attachment_3443" align="aligncenter" width="300"]Refleksi Situ Gunung, Sukabumi (Nokia Lumia 925) Refleksi Situ Gunung, Sukabumi (Nokia Lumia 925)[/caption]

[caption id="attachment_3444" align="aligncenter" width="300"]Sore Jelang jam 18.00 (HTC One) Sore Jelang jam 18.00 (HTC One)[/caption]

[caption id="attachment_3445" align="aligncenter" width="282"]HTC One HTC One[/caption]

Sedangkan untuk hasil di bawah ini kami menggunakan background yang sama (kain hitam) dengan default setting pada masing-masing smartphone.

[caption id="attachment_3446" align="aligncenter" width="294"]HTC One HTC One[/caption]

[caption id="attachment_3447" align="aligncenter" width="300"]Samsung GALAXY S4 Zoom Samsung GALAXY S4 Zoom[/caption]

[caption id="attachment_3448" align="aligncenter" width="300"]Sony Xperia Z1 Sony Xperia Z1[/caption]

[caption id="attachment_3449" align="aligncenter" width="287"]LG G2 LG G2[/caption]

[caption id="attachment_3450" align="aligncenter" width="300"]Nokia Lumia 925 Nokia Lumia 925[/caption]

[caption id="attachment_3451" align="aligncenter" width="300"]Lenovo IdeaPhone K900 Lenovo IdeaPhone K900[/caption]


Memiliki kamera compact atau dikenal dengan mirrorless tentu sangat nyaman. Selain tidak memberikan beban untuk dibawa kemana-mana, juga orang-orang sekitar kita tidak merasa terganggu ketika memotret jalanan. Berbeda dibanding ketika kita pakai DSLR sehingga orang memberikan perhatian pada kita. Artinya, ketika kita motret orangpun di jalanan tetap merasa enjoy dengan Fujifilm X-M1.

Hal lain soal kamera mirrorless atau Compact System Camera (CSC) selama ini di kondisi low light selalu kurang memuaskan. Lalu bagaimana dengan debutan Fujifilm dalam hal kondisi kurang cahaya? Selama kami mencoba untuk memotret berbagai hal, merasakan sangat baik di kondisi low light - bahkan tak masalah disandingkan dengan DSLR.

Kalau sudah demikian, lalu apalagi yang perlu kita takutkan untuk memakai kamera mirrorless seperti Fujifilm? Ini menunjukkan kalau kamera berbodi compact kini secara kualitas bisa sejajarkan dengan kamera DSLR. Hal itu yang kami rasakan selama dua minggu lebih bersama Fujifilm X-M1.

Tombol dan Bodi
Dibanding generasi X series sebelumnya seperti X-Pro1 dan X-E1, Fujifilm X-M1 ini tentunya sudah sangat familiar bagi pengguna kamera pemula sekalipun. Artinya, mode shooting dibuat lengkap layaknya kamera mirrorless pada umumnya. Bandingkan dengan seperti X-Pro1 dan X-E1 yang diperuntukkan bagi pengguna yang mengerti teknik fotografi sehingga tombolnya pun berbeda.

Dengan tombol yang mudah dipahami, hal itu sengaja untuk membidik segmen yang lebih umum, yakni pengguna yang menginginkan kamera desain retro namun berkualitas tinggi serta mudah dioperasikan. Yang Ruang Kamera suka adalah tombol kompensasi yang mudah dijangkau serta praktis.

Sedangkan soal ukuran bodi lebih compact dan tentu dengan konstruksi yang baik sehingga sangat nyaman dan solid ketika dalam genggaman. Perasaan itu pula yang kami senangi ketika membawa kamera retro modern ini.

Fitur dan Performa
Meski diposisikan di lini bawah kedua pendahulunya, secara teknologi dan fitur tetap untuk memenuhi hasil rekaman yang maksimal dan dapat diandalkan. Dibekali sensor APS-C X-Trans CMOS 16.3 megapiksel yang memenangkan banyak penghargaan, sama seperti yang digunakan Fujifilm X-Pro1 dan X-E1.

Susunan filter yang unik pada X-Trans CMOS meminimalisir pola yang berulang (moire) dan penyimpangan kromatik tanpa membutuhkan filter optik lintas rendah. Sementara secara dramatis meningkatkan daya pisah, bahkan pada jumlah piksel identik untuk mengirimkan gambar yang tajam dan kaya tekstur.

Yang mengesankan, bukan sekadar menawarkan ISO tinggi hingga 25600, namun kualitas menangkap gambar di kondisi low light pada ISO 6400 masih terlihat baik-baik saja. Salah satu yang menjadikan Ruang Kamera suka dengan X-M1 karena mampu memotret di bawah cahaya rendah dengan tetap minim noise.

Disamping itu, dapat melakukan pengambilan foto cepat dengan waktu start-up 0,5 detik, jeda waktu rana 0,05 detik dan kecepatan kontinue 5,6 frame per detik. Respon cepat dan baik ini berkat dukungan prosesor II EXR.

Untuk menambah sentuhan hasil jepretan biar tak terlihat biasa saja, filter efek kini selalu dihadirkan. Tak terkecuali pada produk terbaru Fujifilm ini. Dimana kita dapat menemukan Toy Camera, Miniature, Pop Color, High-key, Low-key, Dynamic Tone, Soft Focus, Partial Color dan sebagainya.

Flash dan LCD
Biasanya kita tidak suka dengan flash bawaan karena menyemprotkan cahaya langsung ke obyek dan biasanya terlalu keras sehingga hasilnya terkadang tidak memberikan kepuasan. Boleh saja flash sebagai alternatif ketika dalam keadaan darurat karena terlalu gelap, namun alangkah baiknya jika didesain lebih cerdas. Hal itu yang coba diakomodir oleh Fujifilm dengan teknologi iFlash.

iFlash ini cukup pintar karena dapat melakukan pembacayaan pengukuran cahaya terhadap obyek sehingga buangan cahayanya akan dilakukan dua kali. Yang pertama dengan cara untuk mengetahui seberapa besar cahaya yang dibutuhkan dan kedua membuang pantulan cahaya sesuai kebutuhannya sehingga lebih halus atau tidak over.

Untuk LCD pada X-M1 dapat diangkat untuk diarahkan kebawah dan keatas. Tujuannya untuk memberikan fleksibilitas pandangan untuk low angle dan high angle. Jadi sangat membantu untuk memoret kerumunan orang dari posisi atas kepala.

Koneksi Nirkabel
Seperti pada mirrorless camera lainnya, Fujifil X-M1 mendukung teknologi nirkabel untuk bisa terkoneksi dengan smartphone yang kemudian bisa upload foto, video ke jejaring sosial. Sebab tren berbagi dengan gambar dan video semakin meningkat dan akan terus berkembang.

Hasil Gambar

[caption id="attachment_3404" align="aligncenter" width="300"]Resize RK SG2 Taman Nasional Situ Gunung Sukabumi[/caption]

[caption id="attachment_3412" align="aligncenter" width="300"]Refleksi pagi di Situ Gunung Sukabumi Refleksi pagi di Situ Gunung Sukabumi[/caption]

[caption id="attachment_3410" align="aligncenter" width="300"]Warna hijau yang ditangkap sangat baik - bukaan f/16 Warna hijau yang ditangkap sangat baik - bukaan f/16[/caption]

[caption id="attachment_3409" align="aligncenter" width="300"]Cropping dengan lensa pancake 27.0mm Cropping dengan lensa pancake 27.0mm[/caption]

[caption id="attachment_3401" align="aligncenter" width="300"]Bukaan f/8.0 ISO 6400  Speed 1/1.0 detik Bukaan f/8.0, ISO 6400, Speed 1/1.0 detik[/caption]

[caption id="attachment_3402" align="aligncenter" width="300"]Bukaan f/2.8, Speed 1/125, Focal Length 27.0mm Bukaan f/2.8, Speed 1/125, Focal Length 27.0mm[/caption]

[caption id="attachment_3403" align="aligncenter" width="300"]Cropping 100 persen - pori-pori dan bula pada hidung terlihat tajam Cropping 100 persen - pori-pori dan bula pada hidung terlihat tajam[/caption]

Konklusi
Ukuran bodi yang compact dan solid, pembekalan sensor unik dengan tanpa low pass filter, dukungan ISO tinggi, LCD bisa diarahkan ke bawah dan ke atas serta fitur-fitur pendukung lainnya termasuk Wi-Fi dan beberapa filter, Fujifilm X-M1 bisa dijadikan teman baik di kondisi terang maupun kondisi kurang cahaya. Apalagi bila digunakan dengan lensa pancake 27mm f/2.8 hasilnya sangat tajam dan detail.

Spesifikasi
Sensor     : APS-C X-Trans CMOS
Resolusi   : 16.3 Megapixels
LCD         : 3.0”, 920K-dot, TFT, Tilt
ISO         : Auto ISO200-6400, Extended ISO25600
Speed     : 1/4000
Movie      : 1920 x 1080p, Continuous recording up to approx 14 min with card class10
I/O         : Video out, USB, HDMI Mini, Etc.
Memori    : SDHC/SDXC
Dimensi   : 116,9 x 66.5 x 39.0mm
Bobot      : Approx. 280g (no card and memory)
Harga      : Rp 8 Juta-an dengan lensa Kit XC16-50mm f3.5-5.6 OIS

Aktivitas masyarakat urban di jalanan dengan segala kesibukannya tak luput dari perhatian para fotografer. Kemudian lahirlah genre street photography.